A. PENGERTIAN
TRANSKRIPSI
Transkripsi
(dari bahasa Inggris: transcription) adalah proses penyalinan kode-kode
genetika yang ada pada urutan DNA menjadi molekul RNA. Transkripsi adalah
bagian dari rangkaian ekspresi genetik yang
nantinya akan muncul sebagai fenotipe. Urutan nukleotida pada salah satu
untaian molekul DNA digunakan sebagai cetakan untuk sintesis molekul RNA yang
komplementer. Molekul RNA yang disintesis dalam proses transkripsi pada garis
besarnya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok molekul RNA, yaitu : mRNA (messenger
RNA), tRNA(transfer RNA), dan rRNA (ribosomal RNA).
B. PRINSIP
DASAR TRANSKRIPSI
Salah satu
fungsi DNA sebagai materi genetik adalah fungsi fenotipik. Artinya, DNA harus
mampu mengatur pertumbuhan dan diferensiasi individu organisme sehingga
dihasilkan suatu fenotipe tertentu. Fungsi ini dilaksanakan melalui
ekspresi gen, yang tahap pertamanya adalah proses transkripsi, yaitu perubahan
urutan basa molekul DNA menjadi urutan basa molekul RNA. Dengan perkataan lain,
transkripsi merupakan proses sintesis RNA menggunakan salah satu untai molekul
DNA sebagai cetakan (templat) nya.
Transkripsi
mempunyai ciri-ciri kimiawi yang serupa dengan sintesis/ replikasi DNA, yaitu :
1.
Adanya sumber basa nitrogen berupa nukleosida trifosfat. Bedanya dengan
sumber basa untuk sintesis DNA hanyalah pada molekul gula pentosanya yang tidak
berupa deoksiribosa tetapi ribosa
dan tidak adanya basa timin tetapi digantikan oleh urasil. Jadi, keempat nukleosida trifosfat yang diperlukan adalah
adenosin trifosfat (ATP), guanosin trifosfat (GTP), sitidin trifosfat (CTP),
dan uridin trifosfat (UTP).
2.
Adanya untai molekul DNA sebagai cetakan. Dalam hal
ini hanya salah satu di antara kedua untai DNA yang akan berfungsi sebagai
cetakan bagi sintesis molekul RNA. Untai DNA ini mempunyai urutan basa yang
komplementer dengan urutan basa RNA hasil transkripsinya, dan disebut sebagai pita antisens. Sementara itu, untai
DNA pasangannya, yang mempunyai urutan basa sama dengan urutan basa RNA,
disebut sebagai pita sens.
Meskipun demikian, sebenarnya transkripsi pada umumnya tidak terjadi pada
urutan basa di sepanjang salah satu untai DNA. Jadi, bisa saja urutan basa yang
ditranskripsi terdapat berselang-seling di antara kedua untai DNA.
3.
Sintesis berlangsung dengan arah 5’→ 3’ seperti halnya
arah sintesis DNA.
4.
Gugus 3’- OH pada suatu nukleotida bereaksi dengan
gugus 5’- trifosfat pada nukleotida berikutnya menghasilkan ikatan
fosofodiester dengan membebaskan dua atom pirofosfat anorganik (PPi). Reaksi
ini jelas sama dengan reaksi polimerisasi DNA. Hanya saja enzim yang bekerja
bukannya DNA polimerase, melainkan RNA
polimerase. Perbedaan yang sangat nyata di antara kedua enzim ini
terletak pada kemampuan enzim RNA polimerase untuk melakukan inisiasi sintesis
RNA tanpa adanya molekul primer.
C. TAHAP-TAHAP
TRANSKRIPSI
Secara garis
besar transkripsi berlangsung dalam empat tahap, yaitu pengenalan promoter,
inisiasi, elongasi, dan teminasi. Masing-masing tahap akan dijelaskan secara
singkat sebagai berikut :
1.
Pengenalan promoter
Agar molekul DNA dapat digunakan sebagai cetakan dalam
sintesis RNA, kedua untainya harus dipisahkan satu sama lain di tempat-tempat
terjadinya penambahan basa pada RNA. Selanjutnya, begitu penambahan basa
selesai dilakukan, kedua untai DNA segera menyatu kembali. Pemisahan kedua
untai DNA pertama kali terjadi di suatu tempat tertentu, yang merupakan tempat
pengikatan enzim RNA polimerase di sisi 5’ (upstream) dari urutan basa
penyandi (gen) yang akan ditranskripsi. Tempat ini dinamakan promoter.
2.
Inisiasi
Setelah mengalami pengikatan oleh promoter, RNA
polimerase akan terikat pada suatu tempat di dekat promoter, yang dinamakan tempat
awal polimerisasi atau tapak inisiasi (initiation site). Tempat ini
sering dinyatakan sebagai posisi +1 untuk gen yang akan ditranskripsi.
Nukleosida trifosfat pertama akan diletakkan di tapak inisiasi dan sintesis RNA
pun segera dimulai.
3.
Elongasi
Pengikatan enzim RNA polimerase beserta
kofaktor-kofaktornya pada untai DNA cetakan membentuk kompleks transkripsi.
Selama sintesis RNA berlangsung kompleks transkripsi akan bergeser di sepanjang
molekul DNA cetakan sehingga nukleotida demi nukleotida akan ditambahkan kepada
untai RNA yang sedang diperpanjang pada ujung 3’ nya. Jadi, elongasi atau
polimerisasi RNA berlangsung dari arah 5’ ke 3’, sementara RNA polimerasenya
sendiri bergerak dari arah 3’ ke 5’ di sepanjang untai DNA cetakan.
4. Terminasi
Berakhirnya polimerisasi RNA ditandai oleh disosiasi
kompleks transkripsi atau terlepasnya enzim RNA polimerase beserta
kofaktor-kofaktornya dari untai DNA cetakan. Begitu pula halnya dengan molekul
RNA hasil sintesis. Hal ini terjadi ketika RNA polimerase mencapai urutan basa
tertentu yang disebut dengan terminator.
Terminasi transkripsi dapat terjadi oleh dua macam
sebab, yaitu terminasi yang hanya bergantung kepada urutan basa cetakan
(disebut terminasi diri) dan terminasi yang memerlukan kehadiran suatu protein
khusus (protein rho). Di antara keduanya terminasi diri lebih umum
dijumpai. Terminasi diri terjadi pada urutan basa palindrom yang diikuti oleh beberapa adenin (A). Urutan palindrom
adalah urutan yang sama jika dibaca dari dua arah yang berlawanan. Oleh karena
urutan palindom ini biasanya diselingi oleh beberapa basa tertentu, maka
molekul RNA yang dihasilkan akan mempunyai ujung terminasi berbentuk batang dan
kala (loop).
Inisiasi
transkripsi tidak harus menunggu selesainya transkripsi sebelumnya. Hal ini
karena begitu RNA polimerase telah melakukan pemanjangan 50 hingga 60
nukleotida, promoter dapat mengikat RNA polimerase yang lain. Pada gen-gen yang
ditranskripsi dengan cepat reinisiasi transkripsi dapat terjadi berulang-ulang
sehingga gen tersebut akan terselubungi oleh sejumlah molekul RNA dengan
tingkat penyelesaian yang berbeda-beda.
D.
MEKANISME TRANSKRIPSI PADA PROKARIOTIK
Transkripsi
pada dasarnya adalah proses penyalinan urutan nukleotida yang terdapat pada
molekul DNA. Dalam proses transkripsi, hanya salah satu untaian DNA yang
disalin menjadi urutan nukleotida RNA (transkip RNA). Urutan nukleotida pada
transkrip RNA bersifat komplemeter dengan
urutan DNA cetakan (DNA template), tetapi identik dengan urutan nukleotida DNA pada untaian pengkode (coding
DNA strand/nontemplate strand). Hal ini dapat digambarkan dengan skema
sederhana berikut ini:
5’-ATG GTC
CTT TAC TTG TCT GTA TTT -3’ Untaian DNA pengkode
3’-TAC CAG
GAA ATG AAC AGA CAT AAA -5’ Untaian DNA cetakan
Transkripsi
5’-AUG GUC
CUU UAC UUG UCU GUA UUU -3’ RNA hasil transkripsi
Perlu
diingat bahwa pada struktur RNA tidak ada nukleotida T (thymine), karena
struktur T digantikan oleh U (uracil). Nukleotida T dan U
mempunyai cincin yang serupa yaitu cincin pirimidin, tetapi pada basa T ada
gugus metil (CH3) pada atom C nomor 5, sedangkan pada basa U tidak
ada gugus metil.
Secara umum
proses transkripsi pada prokariotik berjalan serupa dengan transkripsi pada
eukaryot, meskipun ada beberapa rincian proses yang berbeda antara kedua system
tersebut. Pada prokariotik, transkripsi dimulai dengan penempelan RNA
polimerase holoenzim pada bagian promoter suatu gen. pada awal penempelan,
RNA polimerase masih belum terikat secara kuat dan struktur promoter masih
dalam keadaan tertutup (closed promoter complex). Selanjutnya, RNA
polimerase akan terikat secara kuat dan ikatan hydrogen molekul DNA pada bagian
promoter mulai terbuka (membentuk struktur open promoter complex). Pada
prokariotik, RNA polimerase menempel secara langsung pada DNA di daerah
promoter tanpa melalui suatu ikatan dengan protein lain. Dalam proses
penempelan promoter tersebut, subunit σ berperan dalam menemukan bagian
promoter suatu gen sehingga RNA polimerase dapat menempel. Diduga, proses
pengenalan suatu promoter oleh RNA polimerase diawali dengan penempelan enzim
tersebut secara tidak spesifik pada molekul DNA.
Selanjutnya,
RNA polimerase akan mencari bagian DNA yang mempunyai struktur khas suatu
promoter. Struktur khas tersebut berupa suatu kelompok ikatan hydrogen anatara
kedua untaian DNA pada posisi -35 dan -10. kecepatan suatu polimerase dalam
menemukan promoter diperkirakan mencapai 1.000 pasangan basa per detik.
Setelah RNA
polimerase menempel pada promoter, subunit σ melepaskan diri dari struktur
holoenzim. Pelepasan subunit σ biasanya terjadi setelah terbentuk molekul RNA
sepanjang 8-9 nukleotida. RNA polimerase inti yang sudah menempel pada promoter
akan tetap terikat kuat pada DNA sehingga tidak lepas. Ikatan ini sangat
penting dalam proses transkripsi selesai.
Inisiasi
Transkripsi
Tahapan
proses inisiasi transkripsi meliputi 4 langkah yaitu:
1.
Pembentukan kompleks promoter tertutup.
2.
Pembentukan kompleks promoter terbuka.
3.
Penggabungan beberapa nukleotida awal (sekiatar 10
nukleotida).
4.
Perubahan konfirmasi RNA polimerase karena subunit σ
dilepaskan dari kompleks holoenzim.
Subunit σ
tersebut selanjutnya dapat digunakan lagi dalam proses inisiasi transkripsi
selanjutnya. Bagian DNA yang terbuka setelah RNA polimerase menempel biasanya
terjadi pada daerah sekitar -9 sampai +3 sehingga menjadi struktur untai
tunggal. Bagian DNA yang berkaitan dengan RNA polimerase membentuk suatu
struktur gelembung transkripsi (transcription
bubble) sepanjang kurang lebih 17 pasang basa.
Setelah
struktur promoter terbuka secara stabil, maka selanjutnya RNA polimerase
melakukan proses inisiasi transkripsi dengan menggunakan urutan DNA cetakan
sebagai panduannya. Dalam proses transkripsi, nukleotida RNA digabungkan
sehingga membentuk transkrip RNA. Nukleotida pertama yang digabungkan hampir
selalu berupa molekul purin. Kajian pada 88 promoter menunjukkan bahwa 51%
molekul RNA diawali dengan basa A, 42% diawali dengan G, 5% diawali dengan C,
dan 2% diawali dengan U. pada awalnya basa-basa RNA yang digabungkan membentuk
ikatan hidrogen dengan basa DNA cetakan, sehingga jika urutan DNA cetakan
adalah ATG, maka basa RNA yang digabungkan adalah UAC.
Subunit σ
mempunyai peranan dalam menstimulasi inisiasi transkripsi tetapi tidak
mempercepat laju pertambahan untaian RNA. Proses inisiasi transkripsi merupakan
prose yang menentukan laju transkrpisi. Inisiasi transkripsi dapat dihambat
oleh pemberian antibiotic rifampisin, tetapi antibiotic ini
tidak menghambat proses pemajangan transkrip. Penelitian yang dilakukan oleh Alfred Heil dan Walter Zilig pada tahun 1970 membuktikan bahwa subunit RNA
polimerase yang menentukan kepekaan atau ketahanan terhadap antibiotik
rifampisin adalah subunit β.
Setelah
proses inisiasi transkripsi terjadi, selanjutnya subunit σ terlepas dari enzim
inti dan dapat digunakan oleh enzim inti RNA polimerase yang lain.siklus
subunit σ tersebut pertama kali diungkapkan oleh Travers dan Burgess pada
tahun 1969. Mereka menunjukan bahwa jika transkripsi berlangsung pada kekuatan
ionic yang rendah, maka RNA polimerase inti tidak terlepas dari DNA cetakan
pada ujung suatu gen. Hal ini menyebabkan inisiasi transkrisi berhenti. Jika ke
dalam sistem tersebut dimasukkan RNA polimerase inti yang baru
maka, transkripsi kemudian berjalan kembali. Keadaan ini menunjukkan bahwa RNA
polimerase inti yang baru tersebut kemudian bergabung dengan subunit σ yang
sebelumnya telah dilepaskan dari enzim RNA polimerase inti lainnya.
Proses
Pemanjangan Transkrip
Pada bagian
gelembung transkripsi, basa-basa molekul RNA membentuk hibrid dengan DNA cetakan
sepanjang kurang lebih 12 nukleotida. Hibrid RNA-DNA ini bersifat sementara
sebab setelah RNA polimerasenya berjalan, maka hibrid tersebut akan terlepas
dan bagian DNA yang terbuka tersebut akhirnya akan menutup lagi. RNA polimerase
akan berjalan membaca DNA cetakan untuk melakukan proses pemanjangan (elogation)
untaian RNA. Laju pemanjangan maksimum molekul transkrip RNA sekitar anatara 30
samapai 60 nukleotida perdetik, meskipun laju rata-ratanya dapat lebih rendah
dari nilai ini.
Secara umum,
berdasarkan atas nilai laju semacam ini, suatu gen yang mengkode protein akan
disalin menjadi RNA dalam waktu sekitar satu menit. Meskipun demikian, laju
pemanjangan transkrip dapat menjadi sangat rendah (sekitar 0,1 nekleotida
perdetik) jika RNA polimerase melewati sisi jeda (pause site) yang biasanya
mengandung banyak basa GC. Proses pemanjangan transkrip dapat dihambat oleh
antibiotic streptoligin. Kepekaan atau ketahanan terhadap streptoligin
juga ditentukan oleh subunit β pada RNA polimerase.
Dalam
pemanjangan transkrip, nukleotida ditambahkan secara kovalen pada ujung 3’
molekul RNA yang baru terbentuk. Nukleotida RNA yang ditambah tersebut bersifat
komplementer dengan nukleotida pada untaian DNA cetakan. Sebagai contoh, jika
nukleotida pada DNA cetakan adalah A, maka nukleotida RNA yang ditambahkan
adalah U.
Dalam proses
pemanjangan transkrip ada dua hipotesis yang diajukan mengenai perubahan
topologi DNA. Hipotesis pertama menyatakan bahwa enzim RNA polimerase bergerak
melingkari untaian DNA sepanjang perjalananya. Dengan cara demikian maka dapat
dihindari terjadinya pelintiran pada stuktur DNA, tetapi untaian RNA hasil
transkripnya akan melintir sepanjang untaian DNA. Sebaliknya, hipotesis kedua
menyatakan bahwa enzim RNA polimerase bergerak lurus sepanjang untaian DNA
sehingga RNA yang terbentuk tidak mengalami pelintiran, tetapi untaian DNA yang
ditranskripsi harus mengalami puntiran. Untaian DNA yang ada di depan RNA
polymerase akan membuka sedangkan DNA yang berada di belakangnya akan memutir
kembali untuk menutup.
Dalam proses
pemanjangan transkrip RNA, demikian juga pada proses inisiasi sintesis RNA,
terjadi pembentukan ikatan fosfodiester antara nukleotida RNA yang satu dengan
nukleotida berikutnya. Pembentukan ikatan fosfodiester tersebut ditentukan oleh
keberadaan subunit β pada RNA polimerase. Transkripsi akan berakir pada saat
RNA polimerase mencapai ujung gen yang disebut terminator. Pada
bakteri E. coli ada dua macam terminator yaitu:
1.
Terminator yang tidak
tergantung pada protein rho (rho-dependent terminato).
2.
Terminator yang tergantung
pada protein rho(rho-independent terminator).
Pengakhiran
Transkripsi yang Tidak Tergantung pada Faktor Rho
Pengakhiran
transkripsi yang tidak tergantung pada faktor rho dilakukan tanpa harus melibatkan suatu
protein khusus, melainkan ditentukan oleh adanya suatu urutan nukleotida
tertentu pada bagian terminator. Sinyal yang akan mengakhiri transkripsi dengan
mekanisme semacam ini ditentukan oleh daerah yang mengandung banyak urutan GC
yang dapat membentuk struktur batang dan lengkung (stem-and-loop) pada
RNA dengan panjang sekitar 20 basa di sebelah hulu dari ujung 3’ –OH dan
diikuti oleh rangkaian 4-8 residu uridin berurutan. Struktur batang lengkung
tersebut menyebabkan RNA polimerase berhenti dan merusak bagian 5’ dari hibrid
RNA-DNA. Bagian sisa hibrid RNA-DNA tersebut berupa urutan oligo (rU) yang
tidak cukup stabil berpasangan dengan dA. Akibatnya ujung 3’ hibrid tersebut
akan terlepas sehingga transkripsi berakhir.
Eksperimen
yang dilakukan oleh Peggy Farnham
dan Terry Platt menunjukkan bahwa
pengakhiran transkripsi tanpa melibatkan factor rho mempunyai 2 ciri utama,
yaitu:
1.
Adanya rangkaian basa berulang-balik (inverted
repeat) yang dapat membentuk lengkungan.
2.
Adanya rangkaian basa T pada untaian DNA bukan cetakan
(nontemplate strand) sehingga membentuk pasangan basa yang lemah antara
rU-dA yang menahan transkrip RNA pada untaian DNA cetakan. Pada waktu
lengkungan RNA terbentuk, maka RNA polimerase berhenti dan ikatan basa
yang lemah menyebabkan RNA yang baru terbentuk akan lepas.
Pengakhiran
Transkripsi yang Tergantung pada Faktor Rho
Mekanisme
pengakhiran transkripsi semacam ini memerlukan protein ρ (rho). Pengakhiran
transkripsi yang memerlukan faktor rho hanya terjadi pada daerah jeda yang
terletak pada jarak tertentu dari promoter. Dengan demikian jika ada daerah
jeda yang terletak di dekat promoter, maka daerah itu tidak dapat berfungsi
sebagai daerah pengakhiran transkripsi. Terminator yang tergantung pada rho
terdiri atas suatu urutan berulang-balik yang dapat membentuk lengkungan
(loop), tetapi tidak ada rangkaian basa T seperti pada daerah terminator yang
tidak melibatkan faktor rho. Faktor rho diduga ikut teriakat pada transkip dan
mengikuti pergerakan RNA polimerase sampai akhirnya RNA polimerase
berhenti pada daerah terminator yaitu sesaat setelah menyintesis lengkungan
RNA. Selanjutnya, faktor rho menyebabkan destabilitasasi ikatan RNA-DNA
sehingga transkrip RNA terlepas dari DNA cetakan.
E.
MEKANISME TRANSKRIPSI PADA EUKARIOTIK
Secara umum
mekanisme pada eukariotik serupa dengan yang terjdi pada prokariotik. Proses
transkripsi diawali (diinisiasi) oleh proses penempelan faktor-faktor
transkripsi dan kompleks enzim RNA polimerase pada daerah promoter. Faktor
transkripsi dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1.
Faktor transkripsi umum.
2.
Faktor transkripsi yang khusus suatu gen. Faktor
transkripsi umum mengarahkan polimerase ke promoter.
Penempelan
RNA polimerase pada promoter oleh faktor transkripsi umum hanya menghasilkan
transkripsi pada dasar (basal level). Pengaturan transkripsi yang lebih
spesifik dilakukan oleh faktor transkripsi yang khusus untuk suatu gen.
Meskipun demikian, proses penempelan tersebut sangat vital bagi keberlangsungan
proses transkripsi. Setelah faktor-faktor transkripsi yang umum dan polimerase
menempel pada promoter, selanjutnya akan terjadi pembentukan kompleks promoter
terbuka (open promoter complex). Transkripsi dimulai pada titik awal
transkripsi (RNA initiation site, RIS) yang terletak beberapa nukleotida
sebelum urutan kodon awal ATG.
Pada
eukariotik terdapat tiga kelas gen, yaitu gen kelas I, gen kelas II, dan gen
kelas III yang masing-masing dikatalisis oleh RNA polimerase dan faktor
transkripsi yang berbeda.
F.
PERBEDAAN
TRANSKRIPSI PADA PROKARIOTIK DAN EUKARIOTIK
Transkripsi
pada prokariotik
1.
Pada prokariotik,
gen terdiri atas 3 bagian utama : daerah pengendali (promoter), bagian
struktural dan terminator. Promoter merupakan bagian gen yang berperanan dalam
mengendalikan proses transkripsi dan terletak pada ujung 5’.
Promoter pada
prokariotik juga terdiri atas operator. Bagian Struktural adalah bagian gen
yang terletak disebelah hilir (downstream) dari promoter. Bagian inilah yg
mengandung urutan DNA spesifik (kode-kode genetik) yang akan ditranskripsi.
Terminator
adalah bagian gen yangg terletak disebelah hilir dari bagian struktural yg
berperanan dlm pengakhiran (terminasi) proses transkripsi. Fungsi terminator
adalah memberikan sinyal pada enzim RNA polimerase agar menghentikan proses
transkripsi. Proses terminasi transkripsi pada prokariotik dapat dikelompokkan
menjadi 2 kelas, yaitu:
a.
Terminasi yang ditentukan oleh urutan nukleotida tertentu
(rho-independent).
b.
Diatur oleh suatu protein (faktor rho) atau disebut
rho-dependent.
2.
Gen pada prokariotik diorganisasikan dalam struktur operon.
Contoh : operon lac (operon yg mengendalikan kemampuan metabolisme laktosa pada
bakteri Escherichia coli). Adanya
sistim operon karena satu promotor mengendalikan seluruh gen struktural.
3.
Saat ditranskripsi, operon lac menghasilkan satu mRNA
yang membawa kode-kode genetik untuk 3 macam polipeptida yang berbeda : mRNA
polisistronik, artinya dalam satu transkrip dapat terkandung lebih dari satu
rangkaian kodon (sistron) untuk polipeptida yang berbeda. Dengan demikian,
masing-masing polipeptida akan ditranslasi secara independen dari satu untaian
mRNA yg sama.
4.
Ciri utama gen struktural pada prokariot adalah mulai
dari sekuens inisiasi translasi (ATG) sampai kodon terakhir sebelum titik akhir
translasi (kodon STOP yaitu TAA/TAG/TGA) akan diterjemahkan menjadi rangkaian
asam amino.
Jadi, jika gen struktural terdiri atas 900 nukleotida maka gen tersebut akan mengkode 300 asam amino karena satu asam amino dikode oleh tiga sekuens nukleotida yang berurutan. Jadi, pada prokariot tidak ada intron (sekuens penyisip) kecuali pada beberapa archaea tertentu.
Jadi, jika gen struktural terdiri atas 900 nukleotida maka gen tersebut akan mengkode 300 asam amino karena satu asam amino dikode oleh tiga sekuens nukleotida yang berurutan. Jadi, pada prokariot tidak ada intron (sekuens penyisip) kecuali pada beberapa archaea tertentu.
5.
Pada prokariot, RNA polimerase menempel secara
langsung pada DNA di daerah promoter tanpa melalui suatu ikatan dengan protein
lain (yang membedakan dengan eukariot).
6.
Pada prokariot, proses transkripsi dan translasi
berlangsung hampir secara serentak, artinya sebelum transkripsi selesai dilakukan,
translasi sudah dapat dimulai.
7.
Urutan nukleotida RNA hasil sintesis adalah urutan
nukleotida komplementer dengan cetakannya. Misal : urutan ATG pada DNA, maka
hasil transkripsinya adalah UAC. Molekul DNA yg ditranskripsi adalah untai
ganda, namun yang berperanan sebagai cetakan, hanya salah satu untaiannya
8.
Tahapan transkripsi pada prokariot meliputi:
c.
Inisiasi transkripsi (terbentuk gelembung transkripsi).
d.
Pemanjangan.
e.
Terminasi (tergantung faktor rho dan tidak tergantung
faktor rho).
Transkripsi
pada eukariot
1.
Gen eukariot dibedakan 3 kelas yaitu: Gen kelas I
meliputi gen-gen yang mengkode 18SrRNA, 28SrRNA dan 5,8SrRNA (ditranskripsi
oleh RNA polimerase I).
Pada gen
kelas I terdapat dua macam promoter yaitu promoter antara (spacer promoter) dan
promoter utama. Gen kelas II : meliputi semua gen yg mengkode protein dan
beberapa RNA berukuran kecil yang terdapat di dalam nukleus (ditranskripsi oleh
RNA polimerase II). Promoter gen kelas II terdiri atas 4 elemen yaitu sekuens
pemulai (initiator) yang terletak pada daerah inisiasi transkripsi, elemen
hilir (downstream) yg terletak disebelah hilir dari titik awal transkripsi,
kotak TATA dan suatu elemen hulu (upstream) Gen kelas III : meliputi gen-gen yg
mengkode tRNA, 5S rRNA dan beberapa RNA kecil yang ada di dalam nukleus
(ditranskripsi oleh RNA polimerase III). Sebagian besar gen kelas III merupakan
suatu cluster dan berulang.
2.
Tidak dikenal adanya sistem operon karena satu
promotor mengendalikan seluruh gen struktural.
3.
Gen pada eukariotik bersifat monosistronik artinya
satu transkrip yang dihasilkan hanya mengkode satu macam produk ekspresi (satu
mRNA hanya membawa satu macam rangkaian kodon untuk satu macam polipeptida).
4.
Pada gen struktural eukariotik, keberadaan intron
merupakan hal yang sering dijumpai meskipun tidak semua gen eukariotik
mengandung intron.
5.
Mekanisme transkripsi pada eukariotik pada dasarnya
menyerupai mekanisme pada prokariotik. Proses transkripsi diawali (diinisiasi)
oleh proses penempelan faktor-faktor transkripsi dan kompleks enzim RNA
polimerase pada daerah promoter. RNA polimerase eukariot tidak menempel secara
langsung pada DNA di daerah promoter, melainkan melalui perantaraan protein-protein
lain, yang disebut faktor transkripsi (transcription factor = TF). TF dibedakan
2, yaitu : (1) TF umum dan (2) TF yang khusus untuk suatu gen. TF umum dalam
mengarahkan RNA polimerase II ke promoter adalah TFIIA, TFIIB, TFIID, TFIIE,
TFIIF, TFIIH, TFIIJ.
6.
Pada eukariotik, proses transkripsi dan translasi
tidak berlangsung secara serentak. Transkripsi berlangsung di dalam nukleus,
sedangkan translasi berlangsung di dalam sitoplasma (ribosom). Dengan demikian,
ada jeda waktu antara transkripsi dengan translasi, yang disebut sebagai fase
pasca-transkripsi. Pada fase ini, terjadi proses :
a.
Pemotongan dan penyambungan RNA (RNA-splicing)
b.
Poliadenilasi (penambahan gugus poli-A pada ujung
3’mRNA)
c.
Penambahan tudung (cap) pada ujung 5’ mRNA
d.
Penyuntingan mRNA
7.
Gen eukariot mempunyai struktur berselang-seling
antara sekuens yang mengkode suatu urutan spesifik (ekson) dan sekuens yang
tidak mengkode urutan spesifik (intron).
0 comments:
Post a Comment